Mari Membaca, Menghayati dan Muhasabah Diri Kita

Selamat Datang Ke Laman Blogspot Saye. Marilah Same2 Kite Berdakwah Tentang Agama Islam. Jika Ada Silap Dan Salah, Tegurlah Saya. Setiap Manusia Mesti Melakukan Kesilapan Walaupun Sedikit. Syukran Jazilan

Penghulu Segala Bicara

Penghulu Segala Bicara

Friday 29 November 2013

Kemanisan Iman

Kemanisan IMAN itu sering berada di sebalik ujian emosi, perasaan, fizikal atau mental. Jika kita berjaya melepasi ujian itu, KEMANISAN iman & ibadah akan mula TERASA. Justeru, jangan BENCIKAN ujian tetapi kuatkan diri & jiwa untuk meredhainya. Bayangkan ia hanya pedih, sedih, murung, sakit SEBENTAR di dunia bagi menempah BAHAGIA KEKAL. Jika gagal dalam ujian, na'uzubillah..taubat sentiasa terbuka selagi nyawa belum di kerongkong.

Ramai Para Wanita Ke Neraka.. Disebabkan ?

Para wanita, Nabi pernah mengatakan banyaknya ahli neraka di kalangan wanita disebabkan ( يكفرن العشير ويكفرن الإحسان) iaitu enggan melayani suami & enggan bersyukur akan kebaikan suami. Itu sebenarnya indikasi wanita DIUJI dengan emosinya, emosi yang tidak terkawal membawa ramai wanita ke neraka. Emosi juga yang membawa wanita tidak mahu layan suami, minta cerai, nafikan kebaiakan suami etc. Justeru, mujahadah wanita adalah pada KAWALAN EMOSI, mujahadah lelaki pula adalah pada ketahananannya terhadap 'wanita' & karenahnya. Wanita Solehah sentiasa emosinya menuruti iman dan aqalnya.

Hari Yang Paling Baik

Rasulullah صلى الله عليه وسلم Bersabda: “Hari paling baik di mana matahari terbit pada hari itu adalah hari Jumaat, pada hari itu Adam Alaihissallam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam syurga, serta diturunkan dari syurga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi pada hari tersebut terdapat suatu waktu di mana tidaklah seorang mukmin solat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali
Allah akan mengabulkan permintaannya.” (HR. Muslim)

Apa Itu Islam ?


"Islam kita adalah merangkumi urusan-urusan jemaah (masyarakat). Ia adalah satu-satunya sistem hidup yang lengkap dan sempurna. Satu pemerintahan dan perundangan Islam. Satu daulah dan negara. Islam kita adalah jihad dan satu umat. Inilah fahaman yang benar dan sahih terhadap Islam. Fahaman itulah yang mengajarkan kita berbagai tanggungjawab dan kewajipan yang meliputi kita. Wajiblah kita menyempurnakan dan melaksanakannya kerana ianya telah diperintahkan oleh Allah (s.w.t). Dengan pelaksanaan itu dapat dibangunkan satu masyarakat manusia berasaskan kaedah-kaedah atau dasar-dasar Islam di dalam segala jurusan; sama ada dari segi politik, ekonomi, perundangan, kemasyarakatan dan seterusnya. Kita mestilah memahami bahawa Islam ini mewajibkan kita berusaha dan berjuang dengan bersungguh-sungguh supaya Islam berkuasa di muka bumi. Firman Allah Taala: "...sehingga tidak ada lagi fitnah dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah semata-mata." (Al-Baqarah: 193)"

-- Sheikh Mustafa Masyhur (rah.)

Sedarkah Kita..?

Sedarkah kita..?
"apa yg kita sebarkan, kita perlu amalkan"

Seperti dalam surah As-Saff ayat 2-3, Allah berfirman..

Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu memperkatakan apa yang kamu tidak melakukannya (2).
Amat besar kebenciannya di sisi Allah - kamu memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya (3).

Sama2 lah kita muhasabah & perbaiki diri kita..

Bersabar Itu Indah

Sepanjang kehidupan kita, ujian & cobaan datang silih berganti karena makna kehidupan itu sendiri adalah bagaimana menghadapinya. Ujian & cobaan kehidupan adalah tantangan yang akan memilah mana orang yang tahan uji dan mana orang yang lemah, Mana orang yang beriman dan mana orang tidak beriman. Bagi seorang mukmin kehidupan akan selalu mendatangkan keberuntungan karena ia bersyukur ketika memperoleh nikmat dan bersabar ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya orang tak beriman selalu tak beruntung, ketika memperoleh nikmat ia lupa diri dan ketika menghadapi kesulitan berat ia lupa ingatan. Sabar ialah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tujuan. Islam mengajarkan bersabar itu indah.
Pertama, tahan ketika menghadapi hantaman pertama. Rasulullah pernah bersabda, Innamassabru indassad matil uulaa. Artinya: Sabar yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman pertama.
Kedua, ketika ditimpa musibah, segera mengingat Allah dan mohon ampunannya. Firman Allah, ‘(Orang-orang yang sabar ialah) mereka yang ketika ditimpa musibah, berkata, ‘sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya.’ (al Baqarah: 156).
Ketiga, tidak menampakkan musibahnya kepada orang lain, seperti yang dicontohkan oleh istri Abu Talkhah (Ummu Sulaim) ketika ditinggal mati anaknya. (dikisahkan dalam hadis Riwayat Muslim).
Keempat, sabar menghadapi semua cobaan dengan ikhlas kepada Allah. Allah berfirman dalam hadis Qudsy, ‘HambaKu yang mukmin, yang bersabar dengan pasrah kepadaKu ketika kekasihnya Aku panggil kembali (mati), kepadanya tak ada balasan yang layak dari Ku selain surga.’ (HR. Bukhari)
keyword: kultum singkat, kultum pendek, kultum tentang sabar, contoh kultum, kumpulan ceramah pendek, kumpulan ceramah singkat, kumpulan kultum singkat, kultum lucu, kultum singkat tentang sabar, kumpulan ceramah islam, contoh ceramah pendek, kultum islam singkat, kultum tentang ikhlas, kumpulan kultum terbaik, Contoh kultum pendek, kultum singkat islam, Dakwah singkat, kultum singkat tentang ikhlas, contoh ceramah singkat islam, kultum islami singkat, contoh kultum tentang sabar, kultum sabar, contoh kultum tentang ikhlas, kultum tentang kesabaran, konsep kultum, ceramah agama islam tentang kesabaran, tausiyah islami terbaik, kultum sabar itu indah, kultum singkat terbaik, kultum agama islam singkat

Keutamaan Berdoa

"Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari ibadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (TQS. Ghâfir [40]: 60)

Pernahkah Anda berpikir mengapa doa Anda lama sekali dikabulkan, seakan-akan Allah menundanya? Padahal, Allah telah berjanji bahwa akan selalu mengabulkan doa-doa hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya sebagaimana prinsip doa, yaitu ada empat: Dikabulkan saat itu juga, dikabulkan di akhirat, ditunda Allah mengabulkannya, dan akan Allah gantikan dengan yang lebih baik lagi. Itulah janji Allah kepada kita. Berdoa dapat menjadi andalan kita dalam merubah seseorang dan masyarakat setelah kita melakukan aktifitas dakwah kepada mereka. Allah Swt adalah yang menentukan hasil dakwah maksudnya hanya Allah saja yang bisa membukakan hati dan memberi pentunjuk kepada manusia agar lebih taat kepada syariah Islam. Sebagaimana ayat dalam Al Qur’an:

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku." (TQS. al-Baqarah [2]: 186)

Sekarang marilah kita sama-sama bermuhasabah diri. Mengapa doa kita sering ditunda? Apakah pernah Anda berpikir seberapa seringkah Anda menunda-nunda panggilan azan? Panggilan azan adalah panggilan Allah, namun kita sering menundanya karena ada pekerjaan pribadi yang dead line mungkin. Begitu pula rasanya jika panggilan-Nya kita tunda juga. Impas, kan?!

Memperbaiki Pribadi dan Keluarga

A. Adab Makan dan Minum

Makan dan minum adalah hal yang wajib kita lakukan setiap hari karena itu semua merupakan kebutuhan pokok yang utama. Namun, dalam Islam, makan dan minum memiliki adab. Adab ini jika tidak diikuti akan merugikan diri kita sendiri.

 Adab makan dan minum:

- Mencuci tangan hingga terhindar dari penyakit.
- Membaca doa makan dan minum
- Makan dan minum dengan tangan kanan
- Makan dan minum tidak berdiri, apalagi berjalan
- Makan dan minum tidak menyandar

Makan ala sunnah Rasulullah juga menggunakan tiga jari di setiap suapannya, meletakkan piring beserta makanannya di lantai (ceritanya kita lesehan lebih utama). Jika kita makan menggunakan tangan kiri, maka setan akan ikut makan bersama kita. Itulah makanya jika orang yang makan dengan tangan kiri, tidak membaca doa dan sebagainya seperti penjelasan di atas, orang tersebut seringkali tidak merasa kenyang. Selain itu kita harus menjaga makanan yang masuk ke dalam perut kita, pastikan hanya makanan halal saja yang dimakan. Kita harus menjauhi makanan yang haram agar doa kita diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw :

"Ia berdoa kepada Allah, tapi makanan dan minumannya dari barang yang diharamkan, maka bagaimana mungkin akan dikabulkan doanya." (HR. Muslim).

B. Dakwah Agar Tetap Bersemangat Dan Bersegera Dalam Melaksanakan Syariah Islam

"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (TQS. an-Nûr [24]: 51-52)

Melaksanakan seluruh ajaran Islam merupakah cara dakwah singkat yang terbaik untuk ditujukan pada diri sendiri dan keluarga. Dengan melaksanakan semua perintah Allah Swt yang berupa kewajiban dan kesunnahan serta menghindari kemakruhan dan keharaman berarti kita telah membuktikan keimanan kita. Aturan yang datang dari Yang Maha Pecipta itu berkaitan dengan masalah pribadi, sesama dan ibadah langsung kepada Allah Swt. Tidak ada kata menunggu dan bertele-tele bila menemui seruan Allah dan Rasul-Nya.

Dakwah Singkat Tentang Bergaul

Pertama-tama dalam contoh dakwah singkat ini akan dibahas tentang cara bergaul dengan masyarakat. Inti dari dakwah ini adalah berkaitan dengan bagaimana cara melakukan hubungan yang harmonis antara kita dengan tetangga, juga masyarakat sekitar.
Macam Cantik Je !! Macam Comel Je !!

A. Membudayakan Senyum

Banyak orang yang merasa senyum adalah hal yang sulit. Tetapi tahukah Anda bahwa tersenyum saat bertemu dengan seseorang merupakan salah satu sunnah Rassullah Saw?

Aku datang kepada Rasulullah saw. seraya berkata, "Ya Rasulullah saw., kami orang desa, maka ajarilah suatu perkara yang bermanfaat bagi kami." Rasulullah saw. bersabda, "Engkau tidak boleh menyepelekan kebaikan walaupun sedikit, meskipun hanya menuangkan air dari bejanamu kepada bejana orang yang minta minum. Dan meskipun dengan sekadar menemui saudaramu dengan wajah yang berseri." (HR. Ahmad, Abû Dawud, at- Tirmidzi).


Senyum juga membuat wajah tidak cepat tua, selain itu dengan pacaran wajah berseri tanda kasih sayang yang diberikan kepada orang lain akan memancarkan aura dan perasaan bahagia bagi orang yang melihatnya. Dengan memberikan senyuman, serta wajah yang berseri adalah salah satu contoh dakwah singkat yang paling mudah dilakukan setiap harinya.

 B. Suka Memberi

Perbuatan yang suka memberi terhadap orang lain juga termasuk merupakan sunnah dari Rasulullah Saw. Orang yang suka memberi, tentu akan disayangi orang-orang disekitarnya. Selai itu dia juga akan menjadi sahabat yang baik. Oleh sebab itu perbanyaklah perbuatan yang suka memberi kepada orang-orang disekitar Anda.

"Penghuni surga ada tiga golongan. Pertama, penguasa yang adil, suka bersedekah, dan sesuai (dengan syariat). Kedua, orang yang penyayang, halus perasaannya bagi setiap yang memiliki keluarga dan terhadap seorang muslim. Ketiga, orang yang menjaga kesucian, menahan diri terhadap hal-hal yang haram, dan meminta-minta." (Imam Muslim)

Thursday 28 November 2013

Ada Sesuatu Yang Lebih Menguatkan seorang PEJUANG…

Alhamdulillah… syukurku ke hadrat Ilahi kerana masih dipinjamkan jasad dan roh untuk terus menerus beramal dan beribadah kepada Allah s.w.t dan berbakti juga berjuang untuk gapai manfaat di akhirat. Sesungguhnya tidak tergambar kasih sayangNya yang terlalu besar dan menggunung tinggi… melangit luas… Tanpa kasih sayangNya juga tidak mungkin ada makhluq yang diciptakanNya bebas hidup di dunia fana ini.
Seringkali kita merasakan dengan adanya matlamat dan azam sudah cukup menguatkan kita untuk berjuang ke akhirnya.. mehnah dan ujian pasti dapat ditolak ketepi tanpa dapat mempengaruhi diri yang sudah terpatri matlamat dihujungnya. Seolah-olah matlamat itu sangat menguatkan diri kita terutama insan yang mengaku ingin berjuang menegakkan agamaNya… HaqNya… Sunnnah RasulNya.. Hati insan yang sedemikian tidaklah ana nafikan akan kekuatannya dan ketabahannya dalam menghadapi ujian dan redha dengan taqdir yang ditetapkan untuk dirinya oleh Rabbul Jalil..
images
Namun, disebalik kekuatan dan ketabahan itu tetap dikira masih ada ruang kegoyahan kerana biarpun berbekalkan semangat kental… tubuh dan jasad tetap bisa goyah dan tidak ampuh melawan kesakitan andai diragut kesihatan diri… Diuji dengan mehnah dan tribulasi yang bertalu-talu… Insan itu turut menjadi keras dan seperti robot yang hanya ingin laju mencapai matlamat tanpa mempeduli akan orang-orang yang disekeliling yang sepatutnya dibawa bersama dalam perjalanan sebuah perjuangan. Dan amatlah tidak baik dan kerugian bagi sebuah da’wah yang keciciran perkara penting iaitu dalam pada membawa lebih ramai yang turut sama berada di atas landasan yang sama.
Apakah kalian tahu bahagian yang hilang itu?
Pengorbanan?
Tidak… orang yang hebat mengejar matlamat sangat faham dan amalkan konsep pengorbanan…
Istiqomah?
Tidak juga… kerna orang yang mahu capai matlamat pasti paling istiqomah menuju capaian terakhir…
Kefahaman?
Juga bukan… Kerana alasan yang sama… pasti dialah yang paling faham erti sebuah perjuangan… kerana itulah dialah yang paling struggle untuk perjuangan…
Keikhlasan?
Pun tidak… andai seseorang itu tidak ikhlas dalam berjuang, pasti sahaja dia tidak bertahan lama untuk terus istiqomah mencapai matlamat… pasti juga dia sedar akan pekejaan tanpa keikhlasan itu sia-sia belaka…
Daripada Umar Al Khatab r.a. Bahawasanya Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya di kalangan hamba-hamba Allah terdapat satu golongan yang bukan para nabi dan juga bukan para syuhada’ akan tetapi dicemburui oleh para nabi dan syuhada’ terhadap kedudukan mereka di sisi Allah pada hari kiamat kelak. Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, beritahulah kami siapakah mereka? Jawab baginda: Mereka adalah golongan yang berkasih sayang dengan semangat cintakan Allah dan bukan kerana tali persaudaraan, atau harta benda. Demi Allah, sesungguhnya wajah-wajah mereka bercahaya. Dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak takut ketika manusia lain berasa takut. Mereka juga tidak sedih ketika manusia lain berasa sedih”.
love-baby1

Kemudian Rasulullah membaca ayat ini : “ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون” “Sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada ketakutan dan tidak berasa sedih”. Diriwayat oleh Abu Daud.
Rasulullah juga bersabda dalam satu hadis lain : “Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat : Dimanakah golongan yang berkasih sayang kerana kemuliaanKu? Pada hari ini Aku payungi mereka di bawah payunganku pada hari yang tiada perlindungan kecuali dari Aku”. Hadis riwayat Muslim.
Sesungguhnya hubungan persaudaraan ( ukhuwwah ) kerana Allah itu tidak akan terputus di dunia ini, bahkan ia berterusan sehingga ke hari akhirat. Allah berfirman di dalam surah al-Zukhruf yang bermaksud: “Teman-teman rapat pada hari itu ( kiamat ) menjadi musuh antara satu sama lain kecuali orang-orang yang bertakwa”.
images (1)

Iya… seorang insan yang ingin berjuang tidak boleh menjadi kuat seperti kuatnya hati pejuang yang dipenuhi dengan rasa kasih dan sayang terhadap tuhannya juga terhadap hambaNYA … makhluq ciptaanNYA… hanya kerana Allah s.w.t… hati-hati yang sebegini lebih kuat dan hebat dalam berjuang untuk mencapai matlamat di akhirnya… kekuatan dan ketabahan mereka tidak terduga dan tidak tercapai akal dan hati bagi mereka yang hanya ingin mengejar matlamat tanpa ada rasa kasih dan sayang sesama saudara seagama…
Arakian, hilangkanlah rasa benci, iri hati, dendam dan bara api yang hanya bisa memusnahkan hati seorang mukmin… ia bisa menghilangkan rasa kemanusiaan, keadilan, sehingga bisa menghilangkan akhlaqul kareem yang sepatutnya ada dalam jiwa seorang yang ingin berjuang membawa agama Allah s.w.t… yang ingin menjadi Asadullah… yang ingin menjadi Jundullah…
Seorang tentera Allah dan singa Allah bukanlah lahir dengan menjadi sebuah patung perhiasan yang hanya untuk dipandang tanpa berbuat apa atas apa yang berlaku disekelilingnya… bukan juga sebuah robot yang hanya melakukan sesuatu mengikut telunjuk dan dengan tanpa memikirkan hati dan perasaan insan disekeliling… apatah lagi memikirkan kebaikan dan keburukan yang berlaku di sekeliling… juga pastinya tidak akan bereaksi dan bertindak pada kemaksiatan dan kezaliman yang berlaku dalam masyarakat setempat apatah lagi masyarakat dunia… Maka dengan itu, jangan kikis fitrah rasa kasih dan sayang yang ada dalam diri kita… akan tetapi semai dan bajailah ia dan serahkan pada yang berhakkannya… InsyaaAllah… Allahu rahman wa Rahim..
Sabda Nabi SAW dalam hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim :
Yang bermaksud : “Tidak sempurna iman seseorang daripada kamu sehingga ia mengasihi saudaranya seperti dia mengasihi dirinya sendiri”.
images (4)

~~Orang yang menyayangi pasti disayangi >> Menyayangimu tanpa syarat~~
Sebarkanlah Cintamu… :)
images (2)
~~Ukhwah Fillah Abadie Indah~~

Berbalaskah Cintaku ?


"Kita selalu mengucapkan cinta kepada ALLAH. Tetapi pernah tak kita terfikir, adakah ALLAH juga cinta kepada kita?"kata-kata suami di suatu petang, cukup menyentak jiwa ini.

Kuat!

Saya terdiam tidak membalas. Merenung-renung kebenaran dari bicaranya. Bukan tidak pernah terfikir, cuma selalu terlupa.

Berapa ramai manusia yang mengharap dirinya jatuh cinta, lalu setelah merasakan dirinya dicintai, membalas pula huluran kasih itu dengan cinta yang serupa. Maka jadilah mereka dua insan bercinta, saling kasih mengasihi.

Alangkah indahnya kala cinta bersemi, lebih indah bila kasih yang diberi berbalas cinta sejati.

Sebaliknya, bila cinta tidak dihirau, kasih dipandang sepi, bagai bertepuk sebelah tangan, kesakitan yang menjalar dari itu umpama menghulur sebungkus hadiah, tetapi akhirnya ia ‘mendarat’ di tempat sampah.

Sungguh pedih dan menyakitkan perasaan!


CINTA ALLAH
Namun, itu adalah tamsilan cinta sesama manusia. Tentu sahaja interpretasinya tidak sama dan sangat jauh berbeza dengan cinta kepada ALLAH Yang Maha Mencipta.

Kerana, cinta ILAHI bukan sebagaimana cinta Romeo terhadap Juliet, yang berpenghujung dengan kematiannya.

Cinta ILAHI bukan laksana cinta penuh rindu dendam dari Qais kepada Laila, sehingga hidupnya berpanjangan derita siang dan malam.

Juga, cinta ILAHI bukan umpama luahan cinta seorang jejaka kepada gadis yang diidam-idamkannya, sehingga ketika penolakan yang diterima, maka mengalirlah airmata dan hancurlah jiwa.

Sesungguhnya ALLAH SWT itu Maha Kaya. Maha suci DIA dari segala kekurangan cinta yang ada pada cinta manusia.

Andai cinta manusia banyak berakhir dengan kehancuran, rindu sesama mereka berisi kedukaan dan penderitaan, kasih yang diharapkan hanya berbalas curahan airmata dan menghancurkan jiwa, maka cinta ALLAH adalah sebalik dari semua itu.

Cinta ALLAH pasti berakhir dengan kebahagiaan.

Menyintai dan merindui-NYA berisi ketenangan dan kedamaian.

Rasa kasih kepada-NYA, walau masih mengalirkan airmata tetapi ia menghidupkan jiwa seumpama air hujan menyirami pepohonan.

Akan tetapi, berapa ramaikah yang mengambil berat akan ungkapan cinta kepada-NYA beriring rasa khuatir dan bimbang, akan berbalaskah lontaran cinta mereka kepada-NYA?


MAKNA KEHIDUPAN
Pada saya, jawapan kepada persoalan ini banyak dipengaruhi oleh bagaimana mereka menemukan hidup dan memandang nilai kehidupan.

Kita selalu mendengar beragam pendapat masyarakat ketika mereka ditanya apakah makna kehidupan di dunia ini. Sebahagian mengatakan kehidupan dunia ini ibarat pentas teater.

Pada satu-satu persembahan, beragam karektor dan watak akan dimainkan, ada peranan protagonis juga peranan antagonis. Ada orang yang kaya, ada pula orang yang miskin.

Di satu ketika lainnya, muncul peranan imam yang alim dan taat, dihangatkan pula dengan watak pembangkang, pemerintah yang zalim dan menindas rakyat. Lebih meriah setelah itu, penampilan watak penyelamat yang dijulang sebagai wira yang hebat dan lain-lain lagi. Ringkasnya, watak-watak yang diketengahkan banyak menyerupai kehidupan realiti.

Namun, apa yang ditampilkan diatas pentas teater itu hanya pura-pura, bukan satu kebenaran. Kalau ada yang kaya, dia bukan kaya sebenarnya, pun kalau ada yang miskin, kemiskinannya juga satu kepalsuan.

Justeru, bayangkan bagaimana andai kehidupan ini disamakan dengan watak para pelakon di pentas teater. Sudah pasti, kita akan mendapati orang yang taat kepada ALLAH, tapi taatnya hanya satu penyamaran. Taatnya hanya bila ada keperluan, taatnya hanya disaat ditimpa kemalangan, taatnya hanya kerana inginkan sanjungan.

Alangkah meruginya orang yang berpura-pura taat ini kerana ALLAH SWT hanya akan menerima ketaatan yang didasari keikhlasan dan ketulusan.

Tidak kurang juga, sebahagian yang lain mengatasnamakan kehidupan ini seumpama sebuah perjuangan, yang lazimnya diisi dengan sesuatu bersifat 'peperangan dan pertempuran’, sehingga mereka yang memaknai hidupnya sebegini, sering terasak dengan pengisian makna yang mereka letakkan sendiri.

Kehidupannya selalu diwarnai dengan ketidaktenangan, mereka seakan selalu merasa berhadapan dengan persaingan. Akibatnya, tidak kurang individu yang hidupnya jauh dari kedamaian, jauh dari ketenangan, juga jauh dari rasa persahabatan.


MEMAKNAI KEHIDUPAN
Memang benar, setiap orang berhak memiliki pandangan yang berbeza tentang bagaimana mereka mahu memaknakan kehidupan ini, namun andai direnung secara mendalam apalah yang ada pada sebuah panggung teater, yang wataknya hanya satu penyamaran. Apalah pula yang dapat dibanggakan pada sebuah perjuangan, andai ia sekadar pertempuran tanpa berpandu ajaran TUHAN.

Kerana itu, sudut pandang yang benar tentang kehidupan dan menepati kehendak ar Rahman adalah, kehidupan ini tidak lain hanyalah satu pengabdian kepada-NYA lantaran seorang ‘hamba’ sangat menyedari kedudukannya di sisi ‘TUAN’nya yang dipandang terhormat lagi mulia.

Firman ALLAH SWT :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Maksudnya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” ( Surah az Zaariyat ayat 56 )

Keadaan inilah yang memudahkannya untuk menerima sebarang pertanggungjawaban baik ia berupa perintah yang wajib dilaksanakan, mahupun larangan yang mesti dijauhkan.

Dia tidak terbeban ketika ALLAH SWT mewajibkan ke atas hamba-hambaNYA untuk melaksankan syari’at, bahkan ketika ALLAH menyuruhnya untuk mengorbankan harta, menahan lapar dan dahaga dan seumpamanya, maka ia dengan rela dan ikhlas melakukan itu semua tanpa keluh kesah dan rasa terdera.

Begitu juga, ketika mana ALLAH SWT memerintahkan agar menjauhkan diri dari larangan-NYA, sungguhpun perkara tersebut sangat diinginkan oleh nafsunya yang membara, ia berusaha untuk menjauhkan diri bahkan menghampirinya juga tidak sesekali.


‘UJIAN’ CINTA
Justeru itu, ALLAH SWT mewar-warkan di dalam firman-NYA:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Maksudnya :"Katakanlah: ""Jika kamu (benar-benar) mencintai ALLAH, ikutilah aku, nescaya ALLAH mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Dan ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( Surah ali Imran ayat 31 )

Di dalam hal ini, Imam Hassan al Basri rahimahullah pernah mengungkapkan :

“Suatu kaum mengaku cinta kepada ALLAH, lalu ALLAH menguji mereka dengan ayat ini.”
(Tafsir Ibnu Kathir 2/229 )

Hakikatnya, ‘ujian cinta’ yang ALLAH letakkan pada ayat di atas sangat tepat sebagai penentu dan kayu ukur kepada kebenaran dakwaan yang dinyatakan. Berapa ramai dari manusia hari ini yang mengaku beriman dan menuturkan cinta kepada TUHAN, tetapi masih tega melanggar perintah dan larangan-NYA.

Ditambah pula kesibukan mengejar pangkat dan harta sehingga doa dan munajat kepada Yang Esa semakin sirna. Kebohongan demi kebohongan dilakukan demi meraih tumpuan dan sokongan manusia. Tidak kurang juga mereka yang berbuat kerosakan atas nama agama, memutuskan silaturrahmi, bersifat perkauman dan lebih malang, ada yang mendahulukan kehendak nafsu sendiri dari mengutamakan kehendak ILAHI.

Inikah yang digembar gemburkan sebagai menyintai-NYA?


BERBALASKAH CINTAKU?
Lantaran itu, saban kali mengungkapkan cinta pada Yang Maha Esa, rasa malu akan muncul lebih dulu. Disusuli rasa rindu berbelai tangisan hiba.

Berbalaskah cintaku?

Terkenang beberapa untaian ayat-ayat cinta-NYA, juga ingatan daripada junjungan Rasul yang mulia, sebagai panduan dan pedoman bagi menjawab persoalan yang menerpa.

Firman ALLAH SWT :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ يَخَافُونَ لَوْمَةَ لآئِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَاء وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Maksudnya : “Wahai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak ALLAH akan mendatangkan suatu kaum yang ALLAH mencintai mereka dan mereka pun mencintai-NYA, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan ALLAH, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah kurnia ALLAH, diberikan-NYA kepada siapa yang dikehendaki-NYA, dan ALLAH Maha Luas (pemberian-NYA) lagi Maha Mengetahui.” ( Surah al Maidah ayat 54 )

Dan firman-NYA lagi :

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ

Maksudnya : “Kerana itu, ingatlah kamu kepada-KU nescaya AKU ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-KU, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-KU.” ( Surah al Baqarah ayat 151 )

Juga sabda baginda SAW yang bermaksud :

“Sesiapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi ALLAH hendaklah dia mengamati kedudukan ALLAH dalam dirinya. Sesungguhnya ALLAH menempatkan hamba-NYA dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan ALLAH pada dirinya“. ( Hadis riwayat al Hakim )

Akhirnya, mari kita sama-sama berdoa agar lafaz cinta yang dizikirkan, bukan sekadar manis di bibir sahaja. Bahkan, cinta itu kita buktikan melalui perakuan, perkataan dan perbuatan yang mendekat kita kepada DIA yang kita cinta :

“Ya ALLAH, sesungguhnya aku memohon kepada-MU; perbuatan yang memiliki banyak kebaikan, dan meninggalkan berbagai macam kemungkaran, mencintai orang-orang miskin dan ENGKAU mengampuni serta menyayangiku. Dan jika ENGKAU menimpakan fitnah (malapetaka) bagi suatu kaum, maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terimbas fitnah itu. Dan aku memohon kepada-MU rasa kecintaan pada-MU, dan cinta pada orang-orang yang mencintai-MU, juga cinta pada amal perbuatan yang akan menghantarkan aku untuk mencintai-MU.” ( Hadis riwayat Ahmad )

Sesungguhnya, tiada yang lebih indah selain beroleh pengiktirafan cinta dari-NYA :

“Jika Allah mencintai seorang hamba maka DIA berfirman: “Wahai Jibril sesungguhnya aku mencintai si fulan maka cintailah dia.” (Riwayat Imam Ahmad)

Mencari dan terus mencari cinta ILAHI.

Jumpa lagi, InsyaALLAH

Perjalanan Yang Jauh


Assalamualaikum, Perjalanan yg jauh bila dpt dilalui dgn selamat tanpa sebarang musibah... Semuanya adalah nikmat anugerah dari Allah swt, memulakan perjalanan yg jauh dan dekat krn Allah, dgn berdoa dan merintih kepadaNya pasti akan dinaungi barakah dan rahmat oleh Allah swt.. Justeru berdoalah kpdNya setiap kali memulakan musafir dan tambahkan lagi dgn bacaan بسم الله الذى لايضر مع اسمه شئ فى الأرض ولا فى السماء وهو السميع العليم .....Allah swt Maha berkuasa ke atas para hambaNya...

Semua Kita adalah Pahlawan

Pemberian gelar pahlawan yang diotoritaskan oleh pemerintah kepada nama-nama tertentu, dengan seabrek kriteria dan seterusnya, memang bertujuan untuk mengetatkan. Supaya tidak sembarang orang bisa 'mengaku' sebagai pahlawan. Meskipun, hal ini berdampak negatif juga. yakni, sempitnya makna pahlawan itu sendiri.

Karena sejatinya, pahlawan itu, sederhananya, adalah mereka yang memiliki jasa. Maka mereka, jumlahnya tak terhitung.

Sehingga, dalam kamus kehidupan kita, pahlawan adalah ibu kita. Yang telah mempertaruhkan nyawa satu-satunya, untuk kehidupan kita. Padahal, ibu tak benar-benar tahu, bahwa kelak ketika besar, kita akan membuatnya bangga.

Pahlawan juga ayah kita. Kerja cintanyalah, salah satunya, yang membuat kita bertumbuh hingga sebesar ini. Beliau memeras darah dan keringatnya untuk pertumbuhan kita. Meskipun, tak jarang, kita selalu membuat beliau kecewa. Bahkan mungkin, saat ini, belum ada yang bisa kita berikan untuk membuat beliau bangga.

Guru kita. Baik guru ngaji, sekolah, atau siapapun yang telah mentransfer ilmu untuk kita, merekalah pahlawan kita sejatinya. Dengan sabar dan cinta, mereka mendewasakan kita dengan ilmu. Dengan bimbingannya, kita bisa lebih arif dalam memaknai kehidupan yang semakin buas ini.

Akhirnya, banyak sekali pahlawan-pahlawan dalam kehidupan kita. Yang disadari ataupun tidak.

Bagi seorang suami, sudah selayaknyalah menjadikan istri mereka sebagai pahlawan. Dia telah menggadaikan kesenangannya untuk kesenangan kita. Rela bergadang menunggu suaminya pulang, bangun ketika pagi buta untuk menyediakan sarapan dan bekal untuk kita, juga anak-anak kita, mencuci, masak dan aneka pekerjaan domestik lainnya. Kesemuanya itu, dilakukan sepenuh cinta. Bukan untuk yang lain, tetapi untuk kita yang ia cintai. Padahal, dulunya, suaminya, siapapun, hanyalah orang asing yang tidak ada jaminan bahwa kita akan bisa menjadikan sarana untuk mereka bahagia.

Bagi istri, suamipun demikian. Pahlawan mereka sejatinya. Meski suami-suami itu bukan siapa-siapa, dan mungkin belum memberikan banyak hal kepada kita. Tetapi keberanian mereka untuk meminta ijin kepada orang tua anda, setidaknya sudah menjadi bukti bahwa mereka sungguh-sungguh. Mereka mengambil keputusan itu bukan dengan pertimbangan judi. Tapi sebuah harapan, agar anda, kelak bisa menjadi sahabat sejatinya, di sepanjang hari, selama sisa hidup kita. Untuk bersama dalam taqwa, untuk bersama menjejaki surga.

Maka akhirnya, pahlawan bukan pertanyaan, siapa saja mereka. Tetapi lebih pada sebuah perenungan, apa yang sudah kita berikan untuk orang-orang yang kita cintai? Keluarga juga umat di sekitar kita? Sehingga, ketika saat ini, belum bisa melakukan sesuatu apapun, jangan kan untuk orang lain, diri sendiri saja belum jelas masa depannya, nampaknya kita harus terus berlari. Sekencang mungkin, untuk menuju kepada Allah. Karena sejatinya, semua kita adalah pahlawan. []

Rahsia Berzikir

Meninggalkan perbuatan yang sia-sia merupakan salah satu ciri orang mukmin sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an surah al-Mu'minuun [23] ayat 3 : dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Senada dengan ayat ini, Rasul telah bersabda, "Salah satu tanda kebaikan seorang muslim adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya."

Salah satu cara yang bisa kita tempuh agar setiap perbuatan kita bermanfaat, adalah dengan melakukan dzikir di setiap kondisi. Baik di kala berdiri, duduk ataupun berbaring.

Dzikir merupakan ibadah yang tak terbatas. Bisa kapan saja, di mana saja dan dalam keadaan bagaimana saja. Sehingga nyaris sekali, tak ada satupun alasan untuk tidak berdzikir kecuali karena kemalasan yang dituruti, atau tertutupnya hati dari cahaya Ilahi lantaran banyaknya dosa.

Dzikir menurut Imam al-Junaid adalah menghadirkan Allah di hati dan pikiran dengan penuh kepasrahan dan penghormatan. Rasul berabda, "Perumpaan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang hidup dan mati."

Dzikir, menurut Ustadz Arifin Ilhmam dibagi menjadi empat jenis: Dzikir dengan hati, dzikir dengan akal, dzikir dengan lisan dan dzikir dengan perbuatan. Masing-masing mempunyai kekhasan dan caranya tersendiri. Tentunya, kesemua jenis dzikir itu haruslah diniatkan ikhlas karena Allah dan dilaksanakan sesuai dengan contoh dari Rasulullah.

Akhirnya, tepatlah apa yang dikatakan oleh Imam Hasan al-Bashri, "Berdzikir antara hamba dan Tuhannya memang utama. Lebih mulia lagi, bila Dzikir menjadi daya penggerak kesalehan di muka bumi." Mari berdzikir, agar Allah mengingat kita. Dan seutama-utamanya dzikir adalah bacaan al-Qur'an.

Subhanallahi walhamdulillahi wa laa ilaaha illallahu wallahu Akbar. []

Doa Memohon Jodoh dan Keturunan yang Baik


Fadhilat Ayat :

Doa ini sesuai di baca orang-orang yang belum mempunyai
zuriat keturunan dan pasangan hidup. Sesuai juga dibaca oleh
setiap muslim agar diberi keturunan yang soleh.

Kedua-dua ayat diatas merupakan doa Nabi Zakaria a.s.
agar diberi keturunan sebagai penyambung perjuangannya
menegakkan agama Allah. Kisah Nabi Zakaria boleh dilihat
dalam Al-Quran Surah Al-Anbiyaa’ 21 : 89-90 dan Ali-Imran 3 : 38-41.

Di Petik Dari Buku:Ubat, Doa & Penyembuhan serta Khasiat Surah-surah al-Quran

Doa Memohon Diberi pemimpin yang soleh


Fadhilat Ayat:

Doa ini telah dibaca oelh Nabi Ibrahim a.s. sebelum diangkat menjadi Rasul. Ketika itu, Nabi Ibrahim a.s. melihat bahwa kaumnya telah dilanda krisis moral dan krisis tauhid. Lalu Nabi Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah S.W.T. dengan doa di atas supaya beliau dapat membimbing mereka kepada jalan yang benar. Kemudian Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim a.s. hingga dirinya di angkat menjadi rasul bagi kaumnya.



 Di Petik Dari Buku:Ubat, Doa & Penyembuhan serta Khasiat Surah-surah al-Quran

Doa, Effort , Tawakkal


Monday 25 November 2013

Tanda-Tanda Gangguan Makhluk Halus Ketika Tidur:

Susah tidur malam kecuali setelah bersusah payah.
Mudah terjaga pada waktu malam dalam keadaan takut.
Mimpi melihat sesuatu yang menghimpitnya lalu ia meminta pertolongan tetapi tidak berdaya.
Mimpi buruk yang menakutkan.
Mimpi melihat binatang seperti kucing, anjing, unta, ular, serigala, singa, tikus dan sebagainya.
Ketawa, menangis dan menjerit-jerit ketika tidur.
Bunyi gigi begetar/berlaga ketika tidur.
Mimpi jatuh dari tempat tinggi.
Berdiri dan berjalan ketika tidur.
Bermimpi berada di tempat yang sunyi.
Bermimpi berada di kawasan kotor, tempat sampah dan kawasan perkuburan.
Mimpi melihat makhluk halus.
Mimpi melihat salib atau gereja.
Mimpi bertemu paderi atau berada di tempat ibadah mereka.
Mimpi melihat budak kecil. Berjaga-jaga kalau bermimpi menyusui budak kecil dan kita merasakan terlalu sayang kepadanya.
Mimpi benda tajam dan miang seperti pisau, paku, miang buluh dan sebagainya (tanda santau).

Orang Yang Lalai Kepada Harta

Barangsiapa yang bersandar pada
harta, ketahuilah bahwa sewaktu-
waktu ia akan miskin.
Barangsiapa yang bersandar pada
harga diri, ketahuilah bahwa suatu
saat ia akan hina.
Barangsiapa yang bersandar pada
akalnya, maka ia akan tersesat.
Namun.
Barangsiapa yang bersandar pada
Allah, sesungguhnya dia tak akan
pernah miskin, hina, dan tersesat.
(Ali bin Abi Thalib)

Doa Mohon Perlindungan Dari Kesesatan

“Allaahumma laka aslamtu wa bika
aamantu wa ‘alaika tawakkaltu wa
ilaika anabtu wa bika khaashamtu.
Allaahumma innii a’uudzu bi
‘izzatika laa ilaaha illaa anta an
tudhillanii. Anta al-hayyu alladzii laa
yamuutu wa al-jinnu wa al-insaanu
yamuutuuna.”

Arti Doa Mohon Perlindungan Dari
Kesesatan

“Ya Allah, kepada-Mulah aku
berserah diri, kepada-Mulah aku
beriman, kepada-Mulah aku
bertawakal, kepada-Mu pula aku
kembali (bertobat), dan dengan
nama-Mu aku membela. Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung
dengan keperkasaan-Mu, tidak
ada tuhan yang berhak untuk
diibadahi dengan benar kecuali
Engkau, agar Engkau tidak
menyesatkan diriku. Engkaulah
Mahahidup yang tidak akan
pernah mati, sedangkan jin dan
manusia semuanya akan mati.
(HR.Muslim, Ahmad, dan Ibn Hibban)”

Dibalik Kesulitan Ada Kemudahan

Berprasangka baiklah kepada Allah dan MakhlukNYA...
DIBALIK KESULITAN ADA KEMUDAHAN

Jika kesempitan itu semakin
terasa sulit dan semakin berat,
maka seorang hamba akan
menjadi putus asa dan
demikianlah keadaan makhluk
yang tidak bisa keluar dari
kesulitan.
Akhirnya, ia pun
menggantungkan hatinya pada
Allah semata.

Inilah hakekat
tawakkal pada-Nya. Tawakkal
inilah yang menjadi sebab terbesar
keluar dari kesempitan yang ada.

Karena Allah sendiri telah berjanji
akan mencukupi orang yang
bertawakkal pada-Nya.

Sebagaimana Allah Ta’ala
berfirman,
ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻞْ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻬُﻮَ ﺣَﺴْﺒُﻪُ
“Dan barang siapa yang
bertawakal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan
(keperluan) nya.”
(QS. Ath Tholaq:3).”[8]

Inilah rahasia yang sebagian kita
mungkin belum mengetahuinya.

Jadi intinya, tawakkal lah yang
menjadi sebab terbesar seseorang
keluar dari kesulitan dan
kesempitan.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk
golongan orang yang sabar dalam
menghadapi setiap ketentuan-Mu.
Jadikanlah kami sebagai hamba-
Mu yang selalu bertawakkal dan
bergantung pada-Mu.

Aamiin Ya Allah....

Sabar Itu Indah

Islam mengajarkan bersabar itu indah..
Sabar ialah tabah hati tanpa mengeluh dalam menghadapi cobaan dan rintangan,dalam jangka waktu tertentu

Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam barsabda :
" innamassabru indassad matil uulaa"
Artinya : sabar yang sesungguhnya ialah ketika menghadapi hantaman pertama.

Dan ketika di timpa musibah,segera mengingat Allah dan mohon ampunan-Nya.

Allah berfirman :
"(orang yang sabar ialah) mereka yang ketika di timpa musibah berkata" sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya."
{Qs.Al-Baqarah :156}

Pandangan tentang pihak yang ghairah berbicara tentang hukum dalam media sosial sama ada facebook atau twitter.

Ramai pihak yang ingin menjadi "mufti segera". Hakikatnya, pihak tersebut sepatutnya perlu merujuk kepada sumber yang betul sebelum berbicara tentang hukum. Apakah sumber-sumber itu?. Adakah wujud laman web yg boleh dipercayai 100% tentang kesahihan hukum? Jika ada, minta senaraikan link-link laman web tersebut. Terima kasih.

Hukum mengumpat non-muslim?

Berdosa.

Non-Muslim juga manusia, dan dia perlu dihormati juga. Ummat Islam tidak diajar hanya menghormati ummat Islam. Tetapi juga perlu menghormati manusia lain juga. Islam adalah rahmat bagi sekalian alam.

Bagaimana hendak mendekatkan diri dengan Allah?

Pada pengalaman dan pendapat saya, cara terbaik untuk dekatkan diri dengan Allah adalah bermula dengan taubat atas dosa-dosa silam, kelalaian dan kemaksiatan yang pernah dilakukan. Dengan cara bermulanya dengan taubat nasuha, kita akan merasa dekat dengan Allah SWT.

Kemudian, memperbaiki diri setiap hari (amalan seharian) hari esok mesti lebih baik dari hari ini. contohnya; untuk hari esok planning kita untuk membaca 4 m/s lazimnya kita hanya membaca 2 m/s sehari. begitulah hari seterusnya (baiki diri setiap hari)

Last sekali banyakkan zikir, selawat dan istighfar di dalam hati. In Sha Allah dengan cara itu kita akan merasa dekat dengan Allah.. Based on experience..malah anda mungkin boleh berbuat lebih lagi..

Untuk Kita Pendosa – Kerana Kita Jauh

Ramai orang suka bertanya dengan saya akan kegundahan masalah mereka, rasa resah meraka akan perjalanan kehidupan mereka, dan rasa risau mereka berkenaan masa hadapan mereka. Kadangkala saya melihat seakan ada sekelompok manusia ini tersekat dalam satu penjara ghaib yang mengikat ketenangan hidup mereka.
                Saya berfikir-fikir, saya kira saya juga pernah menjadi seperti mereka. Saya kira, anda yang sedang membaca juga mungkin sama. Kalau kita tak pernah hadapai, maka saya jangka kita akan hadapinya. Sebab saya melihat, perkara ini lumrah dalam hidup manusia.
                Dan yang selamat hanyalah yang mencari penyelesaian. Maka, hendak mencari penyelesaian, perlulah mengenali punca terlebih dahulu. Adakah kita akan melihat semua masalah dan mencari semua puncanya? Bukankah ada ramai orang, berlainan situasi, bermacam jenis masalah? Mustahil hendak mencari semua bukan?
 Tak. Yang saya maksudkan adalah satu punca yang kita kongsi bersama.
Yakni, punca utamanya adalah kita jauh daripada Allah SWT.
Ya. Sebab kamu jauh.

Keseimbangan jiwa
Saya percaya bahawa, ketenangan jiwa hanya akan mampu didapati dengan merapati sumbernya. Yakni pencipta kepada ketenangan itu sendiri, dan pencipta kepada jiwa itu sendiri. Mujur untuk kita, pencipta kepada kedua-dua elemen itu adalah sama. Iaitu Allah SWT.
                “Kemudian Allah menurunkan semangat tenang tenteram kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan tentera yang kamu tidak melihatnya, serta Ia menyeksa orang-orang kafir itu (dengan kekalahan yang membawa kehancuran); dan yang demikian itu ialah balasan bagi orang-orang yang kafir.” Surah At-Taubah ayat 26.
                “Katakanlah: Allah jualah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu, dan Dia lah Yang Maha Esa, lagi Maha Kuasa” Surah Ar-Ra’d ayat 16.
                Kunci kelapangan dalam kehidupan, ketabahan dalam menghadapi musibah, ketenangan dalam menyelesaikan masalah, tidak lain tidak bukan adalah dengan mendekati Allah SWT.
                Walaupun jawapan ini nampak remeh, bahkan ada sebahagian orang akan menyindir: “Ala, sikit-sikit balik pada Allah. Macam apa ntah”
                Pada saya, bagi orang yang melihat ke dalam perkara Mendekati Allah ini, dia akan mengubah pandangannya dan merasakan bahawa sememangnya inilah dia jalan penyelesaian yang sebenar untuk menjadikan kehidupannya satu kehidupan yang tenteram dan bermakna.

Khasiat mendekati Allah
Kenapa bagi orang yang mendekati Allah SWT, maka musibah yang melanda, masalah yang datang, kesukaran yang menduga, semuanya tidak membuatkan dirinya tenggelam dalam kegelapan?
                Pertama: Orang yang beriman percaya bahawa Allah SWT itu menurunkan musibah sebagai ujian. Justeri, mereka tidak melihat musibah sebagai satu perkara yang buruk, bahkan pada mereka, mereka melihat musibah sebagai satu peluang meningkatkan darjat di sisi Allah. Mudahnya saya ceritakan, kalau kita tak ambil ujian SPM, tak masuklah Universiti kan? Kalau tak lepas ijazah di universiti, jangan haraplah nak naik master atau PhD. Betul?
                “Adakah patut kamu menyangka bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cubaan) seperti yang telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu daripada kamu? Mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan hartabenda) dan serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?” Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu bersabar dan berpegang teguh kepada ugama Allah).” Surah Al-Baqarah ayat 214.
                Kedua: Orang yang beriman percaya bahawa, apa pun musibah yang Allah SWT itu turunkan, semuanya dalam batas kemampuan manusia. Hal ini kerana, Allah sendiri telah berjanji sedemikian rupa. Tinggal manusia itu yang memilih untuk bertahan atau tidak bertahan. Tiada manusia tahu akan limit dirinya. Justeru, orang beriman akan bertahan semampu-mampunya, kerana dia percaya bahawa Allah mengujinya dalam kemampuannya, jadi dia tidak mahu tergugur menjadi yang gagal.
                “Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya.” Surah Al-Baqarah ayat 286.
                Ketiga: Orang yang beriman percaya bahawa, Allah tidak akan memungkiri janji-Nya. Pertolongan akan tiba. Kejayaan akan datang jua. Tidak di dunia, di akhirat sana. Keyakinan ini yang menyuntik semangat seorang mukmin untuk kekal tenang dalam menghadapi masalahnya, kekal sabar dalam menghadapi dugaannya.
                “Tetapi (sebaliknya) orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan mereka (dengan mengerjakan suruhanNya dan menjauhi laranganNya), dibina untuk mereka (di dalam Syurga) mahligai-mahligai yang tinggi bertingkat-tingkat, yang mengalir di bawahnya beberapa sungai. Demikianlah janji yang ditetapkan Allah; Allah tidak sekali-kali akan mengubah janji-janjiNya.” Surah Az-Zumar ayat 20.
                Tiga perkara ini hanya mampu dicapai dengan mendekati Allah SWT.
                Pernahkah anda mendekati Allah SWT?

Mendekati dalam erti kata yang sebenar
Ada orang berkata: “Saya solat, saya baca Al-Quran, tapi kenapa hati tetap tidak tenang?”
                Memang solat dan baca Al-Quran adalah antara jalan hendak mendekati Allah SWT. Tetapi, apakah kita mengenali Allah SWT? Kalau tidak kenal, agaknya mampukah kita mencari Allah SWT walaupun kita mengambil jalan yang mendekati-Nya?
                Di sini persoalannya. Sebab itu saya pernah timbulkan berkenaan solat, baca Al-Quran hanya sebagai adat. Jika kita melakukannya hanya kerana orang lain pun buat, maka ia tidak bermakna. Ini berlainan dengan kita melakukan semua itu dalam keadaan kita memang kenal Allah SWT dan ingin mencari redha-Nya.
                Maka, perkara pertama sekali yang perlu kita sedari adalah apakah hubungan kita dengan Allah SWT? Kita siapa, dan Allah itu siapa? Soalan ini perlu kita jelaskan terlebih dahulu dalam diri kita. Jawapan mudahnya adalah kita merupakan hamba-Nya. Kita perlu tunduk kepada-Nya. Kita akan dikembalikan kepada-Nya, justeru apakah ada tujuan lain dalam kehidupan ini selain mengabdikan diri kepada-Nya?
                Selepas mengetahui kekerdilan kita, kebesaran Allah, dan merasai keperluan bahawa kita perlu tunduk, taat dan mengabdikan diri kepada-Nya, kita perlu perhatikan pula apakah tuntutan Allah SWT kepada kita? Apakah yang Dia mahu kita lakukan? Bagaimana Dia mahu kita lakukan? Apakah yang Dia larang dan benci? Apakah yang Dia minta kita jauhkan. Bila kita sudah mengetahui semua itu, maka kita laksanakan. Yang Dia arahkan kita langsaikan. Yang Dia suka kita perbanyakkan. Yang Dia benci dan murka kita tinggalkan, yang Dia tidak suka kita kurangkan.
                Itulah dia makna mendekati Allah SWT.
                Tapi jangan salah sangka. Ada orang ingat, selagi tak kenal Allah, selagi tu tak payah beramal. Salah. Salah satu cara hendak mengenal Allah adalah dengan memenuhi perintah-Nya. Cuma dalam perjalanan kita melaksanakan perintah-perintah-Nya, kita akan sedar kita perlukan lagi ilmu tambahan untuk mengenalinya.
                Allah tidak akan mampu kita rapati dengan ikut-ikutan. Kita sendiri perlu mengenali Allah dan merasai kebesaran-Nya sekaligus mengkerdilkan diri dan siap mengerjakan segala apa yang diarahkan-Nya. Barulah kita merasakan bahawa solat itu menghidupkan, membaca Al-Quran itu satu nikmat, berzikir itu satu kerehatan, dan dosa itu satu benda yang menjijikkan.
                Kalau sekadar ruku’, sujud, bertakbir tanpa kefahaman, membaca Al-Quran berjuz-juz tanpa kejelasan, berzikir beribu-ribu tanpa perhubungan dengan Allah, hanya mengikuti pergerakan manusia lain sahaja, maka ianya tiada makna langsung. Ibarat tin kosong, bunyinya berdenting-denting tetapi kosong sahaja isinya tidak membawa manfaat.

Penutup: Kamu hanya akan faham kalau kamu mendekat
Benda ini, tak akan difahami oleh orang yang tidak mencuba. Tetapi saya amat yakin bahawa, orang yang telah menjalani proses ini, mendekati Allah dengan sebenarnya ini, memahami apa yang saya bicarakan.
                Inilah dia ubat hakiki. Masalah apa pun yang menimpa, inilah dia ubat yang utama sebelum ubat-ubat yang lain. Kenapa tiada sahabat Rasulullah SAW yang bunuh diri kerana tertekan dengan seksaan yang berat? Sebab mereka ada yang ini. Kenapa Nabi Nuh sanggup berdakwah sampai 950 tahun? Sebab Nabi Nuh memahami yang ini. Kenapa Nabi Musa kekal tenang dan tidak menggelabah walau tersepit antara laut dan Firaun? Kerana Nabi Musa mempunyai yang ini. Kenapa Rib’i bin Amir berani berdiri di hadapan Rustum dan mencabar pegangan Rustum walaupun dia berseorangan di singgahsana raja itu? Kerana dia mempunyai yang ini.
                Kita?
                Kita kena cari ini. Mendekati Allah ini. Kita kena usahakan.
                Percayalah. Saya tidak berbohong yang ini. Kalau kamu dapat ini, percayalah yang segala masalah akan menjadi sangat-sangatlah kecil.
                Percayalah, dan kamu tak akan rugi.
                “Dan janganlah kamu merasa lemah (dalam perjuangan mempertahan dan menegakkan Islam), dan janganlah kamu berdukacita (terhadap apa yang akan menimpa kamu), padahal kamulah orang-orang yang tertinggi (mengatasi musuh dengan mencapai kemenangan) jika kamu orang-orang yang (sungguh-sungguh) beriman.” Surah Ali-Imran ayat 139.
                Kamu adalah yang tertinggi. Sekiranya kamu beriman.
                Jadi, masalah terperusuk dalam kerendahan, kehinaan, dicengkam kegelisaan, keresahan, rasa tenggelam dalam kegelapan dan sebagainya, semua itu kerana apa? Kerana kita jauh, tak kenal Allah, tak rapati Allah, tak rasa hidup dengan Allah.
                Nampak?

Himmah : Khianat Dengan Masa – Tanda Iman Bermasalah


“Program kita akan bermula pukul 8.03 pagi. Harap datang tepat pada masanya, ya !” begitu pesan seorang pengendali program motivasi.
Keesokan harinya. “Eh, dah 8.30 ni. Lambat dah kita ni.”
“Alah,” balas kawannya yang seorang lagi, “Tak mula lagi punya tu. Program macam ni, biasa setengah jam lewat baru mula. Kadang-kadang, sejam lewat baru mula. Tak payah kalut-kalut pergi awal.”
Dalam satu peristiwa lain pula, seorang anak muda berjanji dengan kawannya untuk bertemu pada satu tempat di satu masa yang ditetapkan.
“Jangan lupa na, kita jumpa di depan kedai Ah Chong ni pukul 7.30. Jangan lambat tau. Ingat, 7.30 !” pesan si A kepada si B. Bukan sekali. Berkali-kali.
Tepat pukul 7.30. “Mana si B ni?” Adui, dah 7.30 ni.” Tunggu lagi sehingga setengah jam, sejam masa berlalu. Si B masih belum datang.
8.45, barulah kelihatan kelibat si B. “Salam, bro. Sori, lambat sikit.”
Antara gelagat-gelagat kita dengan masa.

Silap Kita Menganggap Masa Itu Murah Harganya
Silap besar sekiranya kita menganggap masa itu sentiasa ada untuk kita.
Umpama air yang kita gunakan setiap hari. Kerana saban hari mengalir tak berhenti untuk kegunaan kita, maka barangkali kita pun sudah menganggap nilai air itu biasa-biasa saja.
Ya, kan? Kalau dibandingkan air dengan permata yang dijual, mana yang lebih mahal? Pasti permata lebih mahal sedangkan air yang lebih banyak digunakan.
Begitulah masa yang ada bersama kita sekarang ini. Kerana hidup di dalam lautan nikmat masa, begitu banyak masa lapang sehingga kita menanggapi nilai masa ini sebagai suatu yang murah.
Apalah sangat nilai terlambat buat kerja universiti dibandingkan dapat menonton bola secara langsung.
Apalah sangat nilai datang lambat ke program-program pembinaan iman dibandingkan dengan hadir awal ke program hiburan dan nyanyian.
Apalah sangat nilai menepati masa untuk bertemu seorang kawan pada masa yang dijanjikan dibandingkan dengan menepati masa untuk bertemu dengan boyafriend atau gelifriend yang belum ada apa-apa hubungan pernikahan yang sah?
Apa yang kita ukur murah dan mahal dengan nilai masa itu menentukan kadar mana iman kita.

Sebab Itu Allah Hubungkan Masa Dengan Iman
Kata Imam Syafie : “Jikalau Allah tidak menurunkan surah selain surah ini (Al-Asr), nescaya sudah mencukupi untuk manusia.” [Sofwatut Tafasir]
Betapa besarnya nilai masa itu sehinggakan seorang ulama’ besar seperti As-Syafie menyatakan demikian.
“Demi masa.” Itulah sumpah Allah terhadap makhluknya yang satu ini. Yang manusia selalu mengabaikannya. Yang manusia tahu tentangnya, tetapi selalu melalaikannya.
“Semua manusia di dalam kerugian.”
“Melainkan…” tegas Allah dalam hal masa ini “…mereka yang beriman dan beramal soleh, berpesan-pesan dengan kebenaran, dan berpesan-pesan dengan kesabaran.” [Al-Asr : 1-3]
Kalau hanya sekadar urusan dunia, tak dipesan Allah sebegini.
Tetapi dikaitkan masa itu dengan iman, menandakan betapa besarnya nilai masa itu. Bagaimana interaksi kita dengan masa itu adalah hasil daripada iman yang ada dalam diri kita.
Berlengah-lengahkah kita dengan masa dalam kehidupan kita.
Telitikah kita dalam menjaga masa kita.
Atau sambilewakah kita menguruskan masa.
Semua itu adalah cerminan kepada iman dalam diri kita.
Iman yang menjadi sumber kepada amal kebaikan dan penghindar dari kejahatan.
Iman yang akan menyelamatkan insan di depan Tuhan.
Ya, menguruskan masa dengan baik itu adalah satu kebaikan. Menepati masa untuk datang ke kuliah, untuk hadir ke program pembinaan diri, untuk memenuhi janji dengan kawan, semua itu adalah kebaikan.
Yang tidak baiknya adalah mengkhianati amanah masa.
Bagaimana kita menguruskan masa dalam kehidupan kita, pukul berapa kita bangun di pagi hari memulakan hari kita di hadapan Allah, apa yang kita buat di waktu lapang, semuanya itu berkait rapat dengan isi keimanan yang ada dalam jiwa kita.
 “Iman itu..” kata As-Syahid Syed Qutb, “… adalah sebuah realiti yang positif dan berfungsi. Tidaklah ia hanya tertanam di dalam hati sehinggalah ia berusaha membuktikan iman itu dalam bentuk luaran melalui amal-amal soleh.  Inilah dia iman Islam. Tidak boleh kita biarkan ia diam tidak bergerak, tersembunyi tidak muncul dalam bentuk yang hidup di dalam peribadi seorang mukmin.
Sekiranya iman itu tidak berfungsi sebaiknya, maka ia adalah iman yang palsu atau mati !” [3967, Tafsir Fi Zilal, Dar Syuruk]
Dengan iman seorang yang selalu melengahkan masanya, di kalangan yang beruntungkah atau yang rugi kita ini?

Penutup : Profesionalisme Yang Telah Lama Diajar Oleh Allah S.W.T.
Kalau manusia menghubungkan masa dengan profesionalisme dalam bekerja dan hidup, maka Allah menghubungkannya dengan sesuatu yang lebih besar, iaitu iman yang menjadi penyelamat kita di akhirat kelak.
Allah telah lama mendidik kita perihal profesionalisme dalam menguruskan masa ini, tinggal lagi, kita yang selalu khianat terhadap amanah masa ini.
Semalam yang pergi tidak akan kembali lagi, tetapi akan ditanya di depan Ilahi nanti.
Hari ini yang masih bersama kita, apakah kita sudah mula membaiki sikap kita dengan masa atau kita masih menganggap buang masa itu perkara biasa?
Kalau buang masa adalah perkara biasa dalam hidup kita, barangkali kita perlukan proses penyucian iman dengan segera !

Untuk Kita Pendosa – Perlu Bersegera Kembali Kepada Allah SWT

Semua manusia berdosa. Tiada yang akan terlepas daripada dosa, melainkan yang telah diberikan mandat maksum daripada Allah SWT seperti Rasulullah SAW.
Tetapi ada bezanya manusia yang beriman dengan manusia yang tidak beriman dalam melakukan dosa. Hendak melihat sejauh mana keimanan kita, maka kita sepatutnya boleh mengukurnya dari segi layanan kita terhadap dosa.
Orang yang beriman, dia akan bersegera dalam kembali kepada AllahSWT selepas menyedari bahawa dia telah menjauhiNya.
Sedang orang yang keimanannya lemah, sakit, atau tidak beriman langsung, maka mereka akan terus rasa berseronok bergomol di dalam dosa, mereka akan melambat-lambatkan urusan mereka untuk pulang kepada Allah SWT.
Kita berada dalam golongan mana?

Kefahaman asas: Jahiliyyah adalah musuh dalam kehidupan. Najis untuk mereka yang beriman.
Oleh kerana jahiliyyah adalah sesuatu yang Allah tidak redhai, dan apabila Allah tidak redha itu boleh membawa saya ke neraka, saya senang menganalogikan jahiliyyah itu dengan najis.
Dengan perasaan sedalam itu terhadap jahiliyyah, apabila kita melihatnya melekat pada tubuh kita, kita akan segera mencucinya. Bila kita nampak pada orang lain ada jahiliyyah, kita akan berfikir bagaimana untuk mencuci jahiliyyah agar bersih daripadanya.
Apa pandangan anda apabila anda melihat ada najis terlekat pada pakaian anda? Pada tubuh badan anda?
Anda bersegera mencucinya bukan?
Bagaimana dengan dosa?
Sepatutnya kita lebih bersegera dalam mengikis dosa bukan?
Sebab najis boleh dicuci dengan air. Mudah.
Dosa, hanya boleh dihilangkan dengan keampunan daripada Allah SWT.
Mudah juga sebenarnya. Persoalannya, siapakah yang bersegera pergi kepadaNya? Kepantasan kita dalam bertaubat, hakikatnya adalah kayu ukur hubungan kita kepadaNya, kayu ukur kebencian/kesukaan kita terhadap dosa, kayu ukur keimanan kita.
Dosa menjemput azab daripada Allah SWT. Siapa yang beriman, akan ketakutan apabila melakukan dosa, seakan-akan ada gunung yang hendak menghempapnya. Maka sekiranya kita benar beriman, tidakkah apabila kita sedar kita berdosa, kita akan berlari mendapatkanNya?
Atau kita berlenggang sahaja?
Inilah dia asasnya. Sekiranya benar kita hendak menjadi hamba kepada Allah SWT.

Bersegera kembali kepada Allah. Tanda kesihatan iman.
Khutbah Jumaat pada minggu lepas(031210), Dr Abdullah Juyushi sekali lagi menjadi khatib. Tajuk khutbahnya pada kali itu adalah “Anab” yang merupakan perkataan bahasa arab, yang kalau diterjemahkan secara biasanya membawa maksud “Kembali” yakni “Bertaubat”.
Namun Dr Abdullah Juyushi menerangkan bahawa, “Anab” bukanlah kembali yang biasa. “Anab” hakikatnya membawa maksud “Segera kembali”. Yakni, orang-orang yang mempunyai sifat “anab”, mereka segera kembali kepada Allah SWT.
Allah SWT telah memberikan isyarat yang banyak di dalam Al-Quran, berkenaan segera kembali kepadaNya.
Lihatlah firman-firman Allah SWT:
“(Setelah mereka mengejek-ejek dan membuat tuduhan-tuduhan itu) tidakkah mereka melihat apa yang ada di hadapan mereka dan yang ada di belakang mereka dari langit dan bumi (dapatkah mereka melarikan diri)? Jika Kami kehendaki nescaya Kami timbuskan mereka di bumi, atau Kami gugurkan atas mereka ketul-ketul dan serpihan-serpihan dari langit (yang akan membinasakan mereka). Sesungguhnya yang demikian mengandungi satu tanda (yang memberi keinsafan) bagi tiap-tiap hamba Allah yang mahu segera kembali kepadaNya (dengan taat dan berbakti). Surah Saba’ ayat 9.
“Dia lah Tuhan yang memperlihatkan kepada kamu tanda-tanda keesaanNya dan kekuasaanNya (untuk kehidupan rohani kamu), dan yang menurunkan (untuk jasmani kamu) sebab-sebab rezeki dari langit. Dan tiadalah yang ingat serta mengambil pelajaran (dari yang demikian) melainkan orang yang sentiasa bersegera kembali (kepada Allah). Surah Ghaafir ayat 13.
Bahkan para Nabi juga adalah yang bersegera kembali kepada Allah SWT:
“Sesungguhnya Nabi Ibrahim, penyabar, lembut hati (bertimbang rasa) lagi suka segera kembali kepada Allah dengan mengerjakan amal bakti.” Surah Hud ayat 75.
                ” Sesungguhnya Kami mendapati Nabi Ayub itu seorang yang sabar; ia adalah sebaik-baik hamba; sesungguhnya ia sentiasa segera rujuk kembali (kepada Kami dengan ibadatnya).” Surah Saad ayat 44.
Dan bersegera kembali kepada Allah SWT adalah arahan, tuntutan daripada Allah SWT kepada kita sebenarnya.
Hendaklah kamu (wahai Muhammad dan pengikut-pengikutmu) sentiasa bersegera merujuk kembali kepada Allah (dengan mengerjakan amal-amal bakti) serta bertaqwalah kamu kepadaNya; dan kerjakanlah sembahyang dengan betul sempurna; dan janganlah kamu menjadi dari mana-mana golongan orang musyrik.” Surah Ar-Rum ayat 31.
Arahan itu jelas menunjukkan betapa orang yang beriman tidak akan sesekali menjadikan jahiliyyah sebagai kroni. Sesekali mereka tidak akan berkompromi dengan jahiliyyah. Sekiranya keimanan kita adalah benar, adalah mustahil untuk kita ‘menyenangi’ kewujudan jahiliyyah di dalam kehidupan kita.
Dan Allah menerangkan dengan jelas bahawa, ciri-ciri mereka yang berjaya di akhirat kelak, adalah mereka yang bersegera kembali kepada Allah SWT.
“Dan (ingatkanlah pula hari) didekatkan Syurga bagi orang-orang yang bertaqwa, di tempat yang tidak jauh (dari mereka). (Serta dikatakan kepada mereka): Inilah yang dijanjikan kepada kamu, – kepada tiap-tiap hamba yang sentiasa segera kembali (kepada Allah dengan mengerjakan ibadat), lagi yang sangat memelihara dengan sebaik-baiknya (segala hukum dan peraturan Allah); (Iaitu) orang yang takut (melanggar perintah Allah) Yang Maha Pemurah, semasa tidak dilihat orang dan semasa ia tidak melihat azab Allah, serta ia datang (kepada Allah) dengan hati yang tunduk taat.” Surah Qaaf ayat 31-33.

Bagaimana kita dengan Allah SWT?
Suka saya hendak mengulang kata-kata guru saya, Dr Samirah Tohir, berkenaan bagaimana kita hendak mengetahui keadaan kita di sisi Allah SWT.
“Kamu ingin tahu bagaimana keadaan kamu di sisi Allah SWT? Lihatlah di mana kamu meletakkan Allah di hati kamu.”
Ya. Bersegera kembali kepada Allah SWT boleh menjadi kayu ukur dalam kita melihat, di manakah sebenarnya kita meletakkan Allah SWT.
Sekarang, di manakah Allah di sisi kita?
Soal, dan jawab.

Kekuatan, hadir daripada ini.
Manusia yang selalu menyatakan akan kelemahannya, sering berputus asanya dia, sering merasa tidak kuat, adalah manusia yang kehilangan sifat ‘anab’ ini.
Hakikatnya, dia tidak kembali kepada Allah SWT. Lihatlah, kalau kita merasakan diri kita lemah, cuba lihat apakah di dalam kehidupan amal soleh kita yang telah kita kurangkan? Lihatlah apa dosa yang telah kita tambah?
Kemudian lihatlah apakah kita bersegera memperbaiki keadaannya? Kalau amal soleh berkurang, apakah kita segera menambahnya? Kalau dosa bertambah adakah kita berusaha menyekatnya?
Terus berada dalam kelemahan bererti kita tidak bergerak untuk membaikinya.
Dengan sentiasa bersegera kembali kepadaNya, kita akan berjaya mengekalkan kekuatan yang ada. Hal ini kerana, lebih lama kita berada di dalam jahiliyyah, lebih reput jiwa raga kita. Di situlah sebabnya semakin lama kita semakin lemah.
Caranya hanyalah satu.
Pantas bergerak kembali kepadaNya. Jangan berlengah-lengah!

Penutup: Manusia, ada waktu di atas, ada waktu di bawah.
Kita amat arif bahawa manusia ada waktu di atas, ada waktu di bawah.
Tetapi sebaik-baik manusia adalah, apabila dia berada di bawah, dia akan bersegera untuk naik semula ke atas.
Kita amat tahu bahawa manusia semuanya berdosa.
Tetapi sebaik-baik pendosa adalah yang bersegera dalam taubatnya.
Maka siapakah kita?
Adakah kita berusaha untuk menjadi yang terbaik?
Menjadi hamba Allah SWT yang terbaik?
Atau kita merasakan ini semua tidak penting?
Sama-sama melihat kembali diri kita.

Agama: 6 Kaedah Mengimbangi antara Nikmat Dunia dan Kebahagiaan Akhirat

~Keseimbangan permusafiran dunia menuju destinasi akhirat~


Manusia tidak hanya hidup di atas dunia kerna kematian itu adalah pasti. Tambahan kehidupan akhirat juga adalah perjalanan yang kekal abadi. Namun, manusia itu sering alpa untuk berbekal walhal setiap daripada kita akan bermusafir menuju destinasi akhirat yang tiada pengakhirannya. Kita masih pada aras yang sama leka dengan nikmat dunia.
Dunia boleh jadi fitnah kepada insan atau tempat persinggahan untuk mendapatkan bekalan. Manusia yang menentukan arah pandu perjalanan kehidupan masing-masing. Adapun hakikatnya dunia itu tidak terpisah dengan akhirat. Cuma perlu wujud keseimbangan antara keduanya supaya manusia tidak sekadar berjaya di dunia bahkan lebih utama di akhirat sana.

Kaedah-kaedah
  1. Mengambil yang halal dan meninggalkan yang haram serta menjauhi syubhat
Dari Abu ‘Abdillah An-Nu’man bin Basyir r.a Rasulullah s.a.w bersabda:
 “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara yang (syubhat) samar-samar, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya, maka barangsiapa menjaga dirinya dari yang samar-samar itu, bererti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa terjerumus dalam lingkungan samar-samar maka ia telah terjerumus ke dalam lingkungan yang haram.” [HR Bukhari no.52, Muslim 1599]
Hadis ini disebutkan sebahagian ulama’ merangkumi satu pertiga daripada Islam disebabkan menjelaskan kepada kita akan perkara yang dibenarkan untuk dilakukan (halal) dan sesuatu yang dilarang untuk dilaksanakan (haram) mengikut acuan syara’. Juga mengajar kepada manusia supaya mengambil sikap berhati-hati dengan meninggalkan perbuatan yang tidak jelas (syubhat).
Perkara yang halal dan haram yang jelas tidak dinafikan lagi akan kemestian seseorang bergelar muslim untuk melakukannya atau meninggalkannya. Adapun dalam islam sebenarnya perkara yang halal itu lebih banyak berbanding haram bahkan ditegah melakukan yang haram itu pun disebabkan memudharatkan kembali pada diri pelaku. Contohnya diharamkan zina, dihalalkan berkahwin. Diharamkan meminum arak dan dadah kerana merosakkan akal.
Bagi perkara yang diragui (syubhat) pula digalakkan untuk manusia menjauhinya seperti yang disebut dalam hadis kerana ia boleh membawa kita terjerumus dalam lembah dosa. Hal ini disebabkan hukum bagi perkara yang syubhat adalah tidak jelas dan ulama’ –ulama’ lebih tahu mengenainya melalui nas al-quran atapun qias. Contohnya adalah bermuamalat dengan harta atau bank yang diragui sistemnya tidak berasaskan riba maka lebih baik ia ditinggalkan.
Bahkan ulama’-ulama’ terdahulu lebih suka mengambil sikap wara’ (meninggalkan perkara syubhat) kerana sesungguhnya ia melambangkan ketinggian taqwa dan kecintaan manusia kepada Allah seperti yang disebutkan oleh Abu Darda’, Hasan Basri dan juga Al-Sauri.

2.  Kepentingan Ikhlas dalam penerimaan ibadah
Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab r.a, Rasulullah s.a.w bersabda:
 “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. [HR Bukhari no.1, Muslim no.1907]
Hadis ini disebutkan ulama’ sebagai separuh bagi agama disebabkan tidak dapat tidak sesuatu perbuatan itu perlu didahulukan dengan niat sama ada zahir pada lisan atau lintasan dalam hati manusia. Selain itu, niat mempunyai martabat yang tinggi dalam agama kerana dengan niat sesuatu perkara yang harus boleh diganjari pahala kerana niat. Contohnya adalah perbuatan makan yang asalnya harus boleh berubah kepada sesuatu yang diganjari jika diniatkan makanan itu adalah untuk mendapat tenaga seterusnya menyumbangkan keringat itu untuk kebaikan islam.
Tambahan lagi, niat juga merupakan antara elemen utama sesuatu amal itu diterima oleh Allah selain daripada menepati syara’. Niat yang benar membawa manusia melihat perkara yang dilakukannya bukan sahaja manfaat bagi dunia bahkan kebaikan di akhirat dengan menumbuhkan aqidah yang benar dek kerana dengan niat ia bahawa kita mempercayai Allah sahaja yang bisa memberi nikmat atau mudharat kepada kita bukan selainnya.
Amal yang didasarkan di atas niat yang baik dan ikhlas akan diterima Allah s.w.t dan diberikan ganjaran. Ikhlas ini boleh dibahagi kepada 3 bahagian yang berbeza setiapnya berdasarkan tingkatan keimanan seseorang.
i-                    Amal yang dikerjakan kerana takut kepada Allah. Amal ini dinamakan ibadah hamba.
ii-                  Amal yang dikerjakan kerana mengharapkan syurga dan pahala. Amal ini dinamakan ibadah saudagar.
iii-                Amal yang dikerjakan kerana malu kepada Allah. Juga dilaksanakan kerana hak kehambaan dan  membuktikan kesyukuran serta merasakan diri sebagai seorang yang masih di dalam kecuaian dan kebimbangan yang penuh ketakutan kerana tidak tahu adakah amalnya diterima atau tidak. Amal ini dinamakan ibadah orang yang merdeka.
Hakikat keikhlasan merupakan amal hati yang sukar namun tidak mustahil. Bisa sahaja permulaan amal kita ikhlas. Namun dipertengahannya kitaa tersungkur. Boleh jadi permulaan dan pertengahan amal kita baik tetapi pengakhirannya menyebabkan amalan kita tidak diterima. Walaubagaimanapun usaha untuk ikhlas itu dituntut dan selebihnya berdoalah pada-Nya moga amal kita diterima.

3.  Mengambil berat amalan fardu dan melazimi yang sunat
Dalam suatu hadis qudsi Nabi s.a.w bersabda: Allah s.w.t berkata:
“Tidaklah hambaKu mendekatiKu dengan suatu pekerjaan yang lebih Aku sukai daripada dia mengerjakan apa yang Aku telah fardhukan ke atasnya. Dan sentiasalah hambaKu mendekatkan dirinya kepadaKu dengan melakukan yang sunat sehingga Aku cinta kepadanya. Ketika Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatannya yang ia melihat dengannya, menjadi tangannya yang ia bergerak dengannya dan menjadi kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan sesungguhnya, jika ia meminta kepadaKu, niscaya Aku berikan kepadanya; Dan sesungguhnya, jika ia memohon perlindungan kepadaKu niscaya Aku berikan perlindungan kepadanya.” (HR Bukhari no.6142)
Tidak dapat disangkal bahawa setiap perkara yang wajib sama ada dilakukan atau ditinggalkan menjadi tanggungjawab seseorang muslim untuk membumikannya. Amal wajib ini menyebabkan manusia itu dekat kepada Allah kerana berusaha merealisasikan perintah yang diberikan. Namun terkadang amal wajib yang dilakukan ini tidak sempurna kerana sifat kekurangan manusia. Justeru  bagaimana mungkin melengkapkap kewajipan ini?
Amalan sunat. Ia bukan sekadar melengkap perkara wajib yang kita lakukan yang mendorong  manusia dekat kepada-Nya bahkan timbul rasa cinta kepada Allah s.w.t begitu juga sebaliknya seperti yang disebutkan dalam hadis. Oleh kerana itu hakikat darjat sunat itu lebih tinggi kerana manusia boleh melakukan perkara yang ditaklifkan kerana ia berbentuk arahan, tetapi hanya mereka yang cinta kepada-Nya bisa beribadah secara pilihan (sunat).
Seterusnya bila kecintaan manusia kepada Tuhannya berbalas, maka banyak manfaat yang manusia boleh nikmati. Setiap pergerakan dan perbuatannya didasari dengan pertolongan Allah s.w.t hinggakan segala permintaan yang dihajati mudah dikabulkan selain menjadi perisai bagi insan daripada kejahatan sama ada yang datang dari dalam diri manusia atau manusia sekelilingnya.

4.  Ingat pada Allah, Dia akan ingat kepada kita
Daripada Abu al-’Abbas, Abdullah ibn Abbas, r.a.beliau berkata: Aku pernah duduk di belakang Nabi s.a.w pada suatu hari, lalu Baginda bersabda kepadaku:
“Wahai anak! Sesungguhnya aku mahu ajarkan engkau beberapa kalimah: Peliharalah Allah nescaya Allah akan memeliharamu. Peliharalah Allah nescaya engkau akan dapati Dia di hadapanmu. Apabila engkau meminta, maka pintalah dari Allah. Apabila engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan dengan Allah. Ketahuilah bahawa kalau umat ini berkumpul untuk memberikan sesuatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu memberikanmu manfaat kecuali dengan suatu perkara yang telah Allah tentukan untukmu. Sekiranya mereka berkumpul untuk memudharatkan kamu dengan suatu mudharat, nescaya mereka tidak mampu memudharatkan kamu kecuali dengan suatu perkara yang sudah Allah tentukannya untukmu. Pena -pena telah diangkatkan dan lembaran-lembaran telah kering (dakwatnya).” [HR Tirmidzi no.2785]

Manusia jika mengenang seseorang akan merasai perkara yang dirindui itu seolah-olah hadir bersamanya. Begitu juga insan dengan Allah s.w.t. Jika kita merasai atau mengingati bahawa Allah itu sentiasa bersama kita maka kita tidak berpaling kepada kuasa yang lain. Malangnya, ramai manusia yang meminta kepada manusia tetapi tidak mahu meminta kepada Allah s.w.t. Mereka juga pandai menjaga hubungan baik dengan manusia tetapi memutuskan hubungannya dengan Allah s.w.t.
Apabila perasaan muraqabah (Allah melihat kita) terpahat dalam jiwa insan, kita akan malu untuk bermaksiat bahkan selalu ingin beribadat dek kerana banyaknya kurniaan nikmat Allah terhadap kita. Ia membawa kita untuk menjaga hak-hak Allah baik dalam bentuk suruhan untuk dilaksanakan atau tegahan dari melakukannya.
Demikian, bila hak-hak ini dipelihara, hubungan kita dengan Allah menjadi lebih dekat hinggakan kita merasakan segala yang ditaklifkan bukan sebagai bebanan tetapi jalan menuju kecintaan.  Tambahan lagi, manusia itu akan meletakkan setinggi-tinggi pergantungan hanya pada-Nya dengan meyakini tiada yang dapat menghalang jika Allah berkehendakkan kebaikan kepada manusia dan tiada dapat memberi mudharat jika Allah  menghalang.

5. Saling ingat memperingati
Dari Abu Ruqayyah Tamiim bin Aus Ad Daari r.a berkata, Rasulullah s.a.w bersabda:
“Agama itu adalah nasihat , Kami bertanya : Untuk Siapa ?, Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim” [Muslim no. 55]

Sungguh agama Islam itu adalah praktikal untuk semua individu tidak kira pangkat atau martabat. Tetapi hanya mereka yang mempunyai hati yang terbuka yang berlapang dada untuk menerima peringatan. Mereka yang ego akan lemas tenggelam dalam sifat buruknya itu. Justeru itu, kadang-kadang nasihat itu telah diberikan kepada seseorang atau mungkin pada diri kita sendiri tetapi masih gagal untuk dijadikan sebagai agen perubahan kerana tiada penyediaan hati yang total.
Dalam al-Quran Allah s.w.t berfirman:
“dan mereka pula berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan sabar. “ [al-Asr:3]
Allah menyifatkan mereka yang tidak tergolong dalam kalangan kelompok yang rugi adalah mereka yang sentiasa saling menasihati dalam perkara kebaikan. Hal ini disebabkan apabila seseorang itu memberi sesuatu peringatan ia tidak bererti dia lebih baik daripada orang yang mendengarnya tetapi ia sebagai suatu bentuk penyebaran rasa cinta kepada Allah yang ada pada dirinya ke dalam diri orang lain.
Selain itu, pesanan ke arah kebaikan ini juga penting bukan kepada pendengar semata-mata, malah lebih lagi mereka yang menyampaikannya kerana jika pesanan yang disampaikan itu boleh melaknat dirinya sendiri jika tiada amal yang menginringi. Tidak bermaksud menjauhkan diri daripada menyampaikan peringatan, tetapi berusaha melakukan apa yang telah disampaikan sekaligus menjaga diri kita dari terjerumus dalam maksiat sebenarnya bertepatan dengan kaedah dakwah yang masyhur;
Islah (ubah) diri kita, dan ajak orang lain (kepada kebaikan)

            6.  Bertaqwa pada Allah sentiasa dalam apa jua ketika (istiqamah)
Dari Abu Amr Sufyan bin Abdullah berkata: Wahai Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, katakan kepada aku tentang Islam sebuah perkataan yang  tidak  aku tanyakan kepada seorangpun selainmu. Beliau bersabda: Katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah(istiqamah) [HR Muslim no.38]
Dalam setiap amalan manusia keikhlasan merupakan paksi untuk ianya diterima. Namun istiqamah merupakan kemuncak sesuatu amalan kebaikan kerana ia merangkumi keperluan ikhlas yang berterusan. Ia bukan perkara yang mustahil tetapi bukan juga mudah untuk dibumikan. Bahkan kata ibn Abbas ketika ayat berkenaan istiqamah ini diturunkan beruban rambut baginda s.a. disebabkan beratnya perintah ini.
Berkata Kata Saidina ‘Umar bin al-Khattab: “Istiqamah itu kamu berdiri terus mematuhi suruhan dan larangan Allah tanpa berubah-ubah seperti musang”
Namun, kemanisan ibadah itu bukan sekadar sempurnya ia dari segi zatnya tetapi berterusan ia dilaksanakan. Sesungguhnya istiqamah dalam ibadah itu dicintai Allah meskipun amalan itu sedikit berbanding amalan yang banyak tetapi hanya pada waktu dan ketika yang tertentu.

Kesimpulan: Tawazun
Dunia ini diciptakan untuk manusia mengambil kesempatan terhadapnya berbentuk ibadah kepada Allah mahupun berbentuk nikmat dan keseronokan. Tetapi dalam menyelusuri perjalanan hidup di atas dunia ini perlu ada neraca dalam diri manusia supaya keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat itu dapat dijaga dengan baik berlandaskan kehendak Allah s.w.t.

Rujukan:
Al-Wafi Fi Syarahi Arbain Nawawiah, Dr Mustafa Bugha dan Dr Mahyuddin Mistu
Nuzhatul Muttaqin Syarah Riyadus Salihin, Dr Mustafa Bugha , Dr Mahyuddin Mistu dan lain-lain.
Li Syabab Khassah, Dr ‘Aid Abdullah Al-Qarni
Dirasat Hadisiyah Dakwiyah Nafsiyah, Prof Dr Faleh Bin Faleh Al-Shogir
Sahih Muslim Syarah Nawawi jilid 7